Author : Sri Dewi Wulandari
2 Views
Menjadi Pembelajar Aktif
Dalam sebuah proses belajar, tidaklah cukup bila siswa hanya mengandalkan dari apa yang diberikan oleh guru/dosen. Untuk dapat mencapai sebuah pemahaman ataupun keterampilan, siswa dituntut untuk turut aktif dalam memproses sebuah pengetahuan atau yang biasa disebut dengan istilah ìpembelajar aktifî.
Namun sayangnya, fenomena ìpembelajar pasifî masihlah sangat banyak kita jumpai dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak-anak dengan kategori ini, tidak terstimulus untuk memikirkan lebih dalam ataupun berusaha mencari jawaban secara mandiri ketika proses belajar berlangsung. Hal ini jika dibiarkan tentu sangat riskan. Tujuan belajar tidak tercapai, keterampilan pun tidak akan terkuasai.
Lantas, apakah kiranya yang menjadi penyebab adanya pembelajar pasif? Bagaimana solusi yang bisa diterapkan agar seorang siswa didik dapat menjadi lebih aktif dalam proses belajar?
Author : Yudi Asmara
2 Views
Melawan Mitos dan Tahayul
Pernah mendengar istilah ìmitos Suletenî? Iya, mitos yang mempercayai bahwa balita dan popoknya memiliki suatu ikatan magis. Jika popok dibuang ke tempat sampah kemudian dibakar akan membuat balita kepanasan, sebaliknya jika dibuang ke sungai maka kondisi balita akan adem (red: dingin). Jadi mitos ini menganjurkan kepada para orangtua untuk, buanglah popok ke sungai, harus!
Bagi kita yang baru pertama kali mendengar, barangkali agak merasa aneh dengan kepercayaan tersebut. Namun kita akan lebih terkesiap, manakala mengetahui bahwa mitos ini juga sangat dipercayai oleh masyarakat kota besar seperti kota Surabaya ini. Dilansir dari berita Jawa Pos pada akhir Juli 2018, tim peneliti Ecoton telah mengumpulkan sebanyak 500 kilogram sampah popok di bawah jembatan Karangpilang, setelah setahun sebelumnya mendapatkan 200 kilogram sampah popok selama 3 hari penjaringan dari beberapa lokasi di Surabaya.
Lantas, apakah yang menjadi penyebab berkembangnya mitos tersebut? Bagaimanakah solusi untuk mendudukkan mengenai mitos Suleten?
Author : Ria Wulandari & Rahayu
2 Views
Kesehatan Sebagai Bekal Produktifitas dalam Pembangunan Masyarakat
Mengkonsumsi makanan memang telah menjadi kebutuhan primer manusia sehari-hari. Dari makanan, kita mendapatkan berbagai zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk kemudian digunakan sebagai sumber energi. Oleh sebab itulah sebelum mengkonsumsi, kita perlu cermat dalam memilih jenis makanan.
Namun dalam faktanya, apa yang masuk ke dalam perut kita tidaklah selalu menyehatkan. Akibat gencarnya promosi, mulai dari diskon, harga yang hemat di kantong, hingga tempat yang instagramable, membuat kita terbuai untuk menikmati makanan yang tidak semestinya. Segala penyakit berbahaya pun perlahan-lahan mengintai, entah itu kolesterol, diabetes, kanker, dsb.
Lantas, bagaimanakah cara agar kita dapat mengelola keinginan untuk menikmati makanan yang tidak menyehatkan?