Author : Fauzia
2 Views
Motif Ibadah Sosial Seorang Pemimpin
Jabatan pemimpin negara/kota/kapubaten pada abad ini, menjadi hal yang cukup prestisius. Posisi tersebut diperebutkan oleh banyak pihak, bahkan sekalipun harus mengorbankan banyak sumberdaya, jalan itu akan tetap sanggup ditempuh. Meski kita semua tahu, bahwa motif yang melandasi seringkali adalah untuk kepentingan pribadi.
Perbandingannya amat jauh dengan masa Nabi dan para sahabat dahulu, menjadi pemimpin bukanlah sesuatu yang mudah pada zaman itu. Salah satu khalifah dari Bani Umayyah bahkan pernah mengucap ìinnalillahi wa inna illaihi rajiíunî, manakala mendengar dirinya diangkat menjadi khalifah. Dia, khalifah Umar bin Abdul Aziz. Bukan tanpa sebab, Umar mengucapkan hal itu. Sebab sebagaimana Nabi dan para sahabat, Umar memandang bahwa menjadi pemimpin itu, tidaklah boleh karena kepentingan pribadi semata. Sebaliknya, menjadi pemimpin adalah demi melaksanakan perintah Allah sebagai penata umat (ibadah sosial).
Lantas, seperti apakah wujud pemimpin yang memiliki motif ibadah sosial sebagaimana yang dicontohkan oleh Umar bin Abdul Aziz?
Author : Taufan Arifianto
2 Views
Menjalankan Ibadah Sosial dengan Khusyu'
Mendengar kata khusyuk, kita biasanya secara otomatis mengasosiasikan istilah itu dengan ibadah shalat. Ya, khusyuí dan sholat ibarat dua hal yang tak dapat dipisahkan. Dimana ada sholat di situ harus ada khusyuí dan dimana ada khusyuí di situ pasti ada sholat. Kekhusyukan, juga dimaknai sebagai predikat tertinggi bagi seseorang yang menjalankan sholatnya dengan baik.
Namun, tahukah kita bahwa khusyuí sejatinya memiliki makna yang sangat luas dan dalam. Ia bahkan bisa dikatakan menjadi sebuah tuntutan ataupun sunnatullah yang harus dipenuhi bila seseorang ingin menjalankan ibadah sosial dengan seoptimal mungkin. Ini berarti, khusyuí bukan hanya harus diterapkan dalam pelaksanaan ibadah yang bersifat personal, tetapi juga dalam ibadah sosial.
Seperti apakah makna sesungguhnya dari khusyuí? Mengapa khusyuí dapat diterapkan pula dalam pelaksanaan ibadah sosial? Bagaimanakah gambaran penerapan kekhusyukan dalam menjalankan ibadah non personal tersebut?
Author : Hafifah Tan
2 Views
Hikmah Peristiwa Gempa Lombok : Sebagai Spiritualisme Kematian dalam Membangun Semangat Perjuangan
Menjadi korban dari sebuah bencana alam, tentu tak diinginkan oleh semua orang. Hal inipun tentu juga dirasakan oleh para korban gempa Lombok yang terjadi pada beberapa waktu silam. Kehilangan banyak hal, utamanya kehilangan jiwa (kematian), menjadi salah satu alasan mengapa sebuah musibah menjadi hal yang sangat tidak diharapkan.
Namun kadang kita terlupa, bahwa selalu ada hikmah dalam sebuah musibah. Selalu ada pembelajaran yang dapat kita petik dari ini semua. Hal ini tak terkecuali dengan gempa yang terjadi tempo hari. Di balik cobaan yang amat berat tersebut, terdapat sebuah nilai spiritual yang dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua. Salah satu hikmah itu yakni, ìspiritualisme kematianî.
Hikmah spiritualisme seperti apakah yang dapat kita hayati dari peristiwa gempa Lombok?