Author : Titah Aksara Langit
0 Views
Komodifikasi Agama dalam Fenomena Badal Haji
Badal Haji atau pelaksanaan ibadah haji yang diwakilkan oleh orang lain, saat ini mulai menjadi primadona baru. Harganya yang relatif murah, menjadi daya tarik tersendiri bagi para calon jamaah haji. Ya, cukup dengan membayar biaya sekira 5 juta rupiah saja, kita sudah bisa melaksanakan ibadah haji.
Namun meski menjadi tawaran yang menggiurkan, nyatanya di lapangan masih banyak pro dan kontra mengenai boleh tidaknya melaksanakan ibadah tersebut. Bagi mereka yang memperbolehkan, mendasarkan pendapatnya pada beberapa hadits yang shahih, sedangkan mereka yang melarang, berargumen bahwa ìseorang manusia tidak memperoleh sesuatu melainkan dari apa yang diusahakannya,î hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam Qs. an-Najm ayat 38-39. Di samping itu dalam prakteknya, ada dugaan bahwa Badal Haji hanya dijadikan sebagai komoditas ekonomi semata, sehingga bergeser jauh dari esensinya.
Lantas, bagaimanakah sejatinya hukum melaksanakan Badal Haji itu? Benarkah Badal Haji hanya dijadikan sebagai komoditas ekonomi semata?
Author : Kholifatonah
0 Views
Peran Khalifah fil Ardh' dalam Era Modernisasi
Era modern dengan segala kehebatan pengetahuan serta teknologi yang dimiliki, sudah sepantasnya untuk kita syukuri. Ya, sebab dengan segala hal tersebut, tidak hanya dapat membantu memudahkan kehidupan sehari-hari manusia, namun juga dapat menunjang pelaksanaan misi manusia di bumi, khalifah fil ardh.
Namun sayangnya, segala kemajuan serta kecanggihan teknologi di abad ini, belumlah dimanfaatkan dengan baik oleh manusia untuk menunjang pelaksanaan misinya sebagai khalifah fil ard. Banyak perilaku tak baik yang masih sering dilakukan oleh manusia, entah itu kepada sesamanya maupun terhadap alam. Jika hal tersebut tak teratasi, maka dimungkinkan semakin lama, manusia akan semakin jauh dari tercapainya misi sebagai pengelola bumi.
Lantas, apa sajakah hal yang harus dilakukan oleh manusia agar tujuannya sebagai khalifah fil ardh dapat tercapai di era moden ini?
Author : Redaksi
0 Views
Surono Danu : Mengabdi Pada Negeri Lewat Padi
Pada sekitar tahun 1997, di sebuah desa tepatnya di Lampung Tengah ditemukan sebuah bibit padi yang memiliki kualitas lain dari biasanya. Bibit padi itu bernama, Sertani. Banyak sekali keunggulan Sertani dibandingkan dengan benih padi lainnya. Salah satunya yakni, ia memiliki masa panen yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan benih padi biasa.
Adalah Surono Danu, penemu bibit unggul padi itu. Seorang petani berusia 67 tahun. Benih unggul tersebut ditemukan oleh Surono setelah melalui proses riset selama belasan tahun lamanya. Dengan segenap tenaga, pikiran, waktu dan tenaganya, Surono melakukan semuanya seorang diri, demi meraih sebuah mimpi.
Keunggulan-keunggulan apa sajakah yang dimiliki bibit unggul padi yang ditemukan oleh Surono? Mimpi apa yang mendorong Surono hingga ia mau berlelah-lelah seorang diri selama belasan tahun untuk meneliti dan mengembangkan bibit padi?