Author : Ayra Hilda
0 Views
Para Pencinta Kebenaran
Tak jarang kita jumpai, orang-orang yang telah menemukan kebenaran namun tak mau menjalankan konsekuensi atas kebenaran yang didapatkannya tersebut. Sebut saja misalnya, tak mau menjalankan nilai-nilai SM padahal telah mengetahuinya, atau tak mau turut serta berdakwah, padahal telah memahami nilai pentingnya.
Bandingkan hal tersebut dengan para penemu kebenaran di masa silam. Tokoh besar seperti Galileo misalnya. Ketika kebenaran tentang sistem peredaran bumi sampai padanya, ia demikian rela menanggung resiko besar yakni dipenjara hingga kematiannya. Kebenaran, seolah menjadi hal yang sangat berharga untuk diperjuangkan.
Mengapa dengan hanya mengetahui kebenaran, orang-orang seperti Galileo rela menempuh resiko yang demikian besar?
Author : K. Rohmad
0 Views
Menghancurkan Pesimisme dalam Pembelajaran
Cara pandang yang menganggap bahwa diri sendiri rendah, tak jarang menghinggapi seorang remaja. Termasuk dalam hal ini berkaitan dengan aktivitas belajar. Anggapan semisal: saya tidak pandai, saya tidak memiliki kemampuan menguasai mata kuliah ini, ataupun takut berkompetisi, adalah beberapa contoh di antaranya.
Padahal, rasa pesimisme dalam pembelajaran, dapat membawa serangkaian dampak tak baik. Seseorang menjadi mudah mundur sebelum mencoba, atau yang lebih buruk, memutuskan untuk berhenti selamanya dari kegiatan belajar. Oleh karena itu, penting kiranya bagi para remaja untuk dapat mengalahkan rasa pesimis yang menjangkitinya selama mengikuti proses belajar-mengajar.
Bagaimana cara menghancurkan pesimisme dalam pembelajaran?
Author : Alreiyniar Mayusma
0 Views
Diam, Batu Loncatan Menuju Pemecahan Masalah
Di saat menghadapi sebuah persoalan, seseorang biasanya cenderung untuk melakukan pengabaian dan lari dari masalah, ataupun memecahkannya dengan mengedepankan emosi semata. Dengan memilih cara itu, seseorang berharap semua bisa terselesaikan. Padahal, alih-alih problematika terselesaikan, masalah justru kian bertambah.
Tanpa kita sadari sebelumnya, diam, bisa menjadi salah satu alternatif cara dalam memecahkan masalah. Sebagaimana halnya yang dulu dilakukan oleh Rasulullah tatkala menghadapi orang-orang Quraisy yang mencaci-maki beliau hingga ingin menjatuhkannya.
Benarkah diam dapat menjadi solusi dalam mengatasi masalah? Bagaimanakah sejatinya keterhubungan antara sikap diam dengan upaya pemecahan masalah?