Tahun ke-4 Edisi 28

Laju sebuah organisasi, tidaklah selalu berjalan dengan mulus. Ada kalanya situasi krisis akan menerpa dengan tak dinyana-nyana. Menghadapi krisis, setiap organisasi haruslah mempersiapkan segalanya dengan baik. Tanpa persiapan yang matang dan solusi yang tepat, krisis dapat dengan mudah meluluhlantakkan apa yang sudah dibangun selama bertahun-tahun. Salah satu cara untuk mengatasi kondisi krisis, adalah dengan menerapkan suatu model kepemimpinan yang berbeda dengan kondisi biasa. Dalam beberapa jurnal penelitian, “Crisis Leadership” adalah jenis kepemimpinan yang disarankan untuk diterapkan oleh organisasi pada masa krisis yang dialaminya. Sudah cukup banyak organisasi yang mampu tetap survive setelah melalui badai krisis. Satu di antaranya, seperti yang pernah diterapkan oleh khalifah Umar bin Khattab tatkala menghadapi “Tahun Kelaparan” yang pernah menimpa umat Islam pada tahun 17 Hijriyah. Bagaimanakah cara menanggulangi krisis dengan penerapan model kepemimpinan krisis? Seperti apakah wujud penerapan crisis leadership yang pernah diterapkan oleh khalifah Umar untuk mengatasi babak Tahun Abu yang pernah dialami umat Islam?

Tak sedikit orang yang begitu mudah menyerah apabila menemui tantangan dalam usaha dakwahnya. Ada yang berlalu pergi dan meninggalkan tanggung jawab dakwah, atau ada pula yang kembali pada zona nyaman dan menutup mata, seakan awam dengan kewajiban yang harus diemban. Padahal, di balik sebuah tantangan sejatinya tersimpan banyak kemanfaatan. Dan hanya bagi orang-orang dengan paradigma positif saja, yang mampu memahami itu semua. Sebagaimana sikap yang dimiliki oleh para nabi, yang tak pernah berhenti berjuang walau seberat apapun ujian dan tantangan yang menghadang. Lantas, bagaimanakah cara membangun paradigma positif terhadap tantangan dakwah?