Tahun ke-1 Edisi 31

Tawaran kebahagiaan saat ini begitu banyak, baik dalam bentuk pemikiran, budaya, perilaku sosial, dsb. Bagi seorang muslim yang taat, tawaran-tawaran tersebut mungkin tidak sampai mempengaruhi dan menjauhkan dirinya dari jalan surga. Tapi bagi sebagian orang yang lain, tawaran tersebut bisa menjadi godaan yang begitu kuat, mempengaruhi jalan hidupnya hingga sangat berlebihan, hingga menjelma menjadi prilaku-prilaku yang menjauhkan dari cita-cita surga, seperti politik segala cara, materialis, korup, pacaran tanpa batas, individualis, dsb. Saat ini, tawaran-tawaran tersebut seakan tak bisa dihindari, atau mungkin kita sudah terpengaruh oleh hal yang demikian secara tidak sadar? Supaya hal tersebut tidak semakin parah, salah satu hal yang bisa digunakan untuk menjaga keimanan kita adalah dengan melakukan muhasabah. Bagaimana muhasabah bisa menjaga kita selama hidup di jalan Allah? Bagaimana muhasabah bisa berpengaruh terhadap kesalahan-kesalahan yang kita lakukan sebelumnya?

Mempertahankan keimanan adalah suatu hal yang gampang-gampang susah. Bisa jadi mudah bila kita berada di tengah lingkungan yang memiliki nilai-nilai yang sama dengan kita. Namun bisa juga akan sangat sulit bila kita berada di lingkungan dengan nilai-nilai yang sama sekali berbeda dengan kita. Bukan hanya karena tidak ada yang mengingatkan jika melenceng dari nilai-nilai yang kita anut, tetapi juga bagaimana kita harus siap memastikan bahwa diri ini tidak akan tergelincir jauh meninggalkan keimanan ini. Mungkin sebagian dari kita sudah bergidik saat membayangkannya, namun bagaimana dengan mereka yang tidak hanya sekedar membayangkan tapi menjalaninya. Ya, menjalani hidup di tengah orang-orang yang berbeda nilai-nilai. Salah seorang rekan akhwat yang menempuh studi di Eropa akan mengisahkannya pada kita semua, tentang bagaimana tantangan demi tantangan hidup dan study di sana dan bagaimana cara dia dalam mempertahankan keimanan di tengah silih bergantinya godaan.