Author : Erwin Bachtiar
0 Views
Melawan Jebakan Rutinitas
Rutinitas.. Hanya sebuah kata namun terkadang terselip derita di baliknya. Betapa tidak, jika ia mulai melanda, maka berikutnya kita harus siap merasakan beberapa gejala derita yang menyertainya, seperti : rasa bosan yang sangat, kehilangan nilai/makna pekerjaan, dan jatuhnya motivasi untuk bekerja dengan sebaik – baiknya. Padahal, bisa jadi sebelumnya kita sudah melakukan liburan atau refreshing dengan kualitas yang cukup, namun efek negatif yang ditimbulkan oleh rutinitas pekerjaan tak jua kunjung sirna. Bahkan terkadang, meski profesi yang dijalani sudah sesuai dengan minat, efek – efek yang ditimbulkan dari rutinitas pekerjaan, seakan tetap tak bisa dihindari.
Ia bisa menerpa siapa saja, mulai dari yang berprofesi sebagai manajer, pengajar, praktisi dan sebagainya. Semua tak bisa menghindari efek negatif yang ditimbulkannya. Lalu bagaimanakah caranya agar kita tidak terus menerus merasakan efek - efek negatif yang ditimbulkan, mengingat cukup besar efek yang dibawanya. Bayangkan jika sampai pada akhirnya kita tidak menikmati lagi profesi yang pada awalnya begitu kita cintai, dan profesi tersebut akan kita jalankan sepanjang hidup kita, hanya karena kita tidak bisa melawan “jebakan rutinitas”. Bagaimanakah cara melawan jebakan rutinitas? Seorang penulis akan membawakan gagasannya untuk mengatasi itu semua. Sebuah gagasan yang ia namakan dengan “pemaknaan positif terhadap rutinitas”.
Seperti apakah gambaran “pemaknaan positif terhadap rutinitas” tersebut?
Author : Moh. Agil Setiawan
0 Views
Prospektus (Kemaslahatan) Amal jariyah
Pernah kita mendengar istilah amal jariyah? Ketika mendengarnya, akan terlintas di pikiran kita tentang orang yang memberi receh kepada pengemis, orang memasukkan lembar rupiah ke kotak amal di masjid, atau sekelompok orang yang berbondong-bondong menyumbang ke panti asuhan.
Pernahkah kita memikirkan pengaruh dari amal yang dikeluarkan orang tersebut kepada masyarakat? Bagaimana receh yang dikeluarkan seadanya bisa membuat seseorang kenyang pada suatu hari? Lembaran rupiah berubah menjadi alat-alat belajar di masjid yang digunakan sebagai tempat pendidikan? Atau sumbangan yang diberikan kepada panti asuhan mampu membuat seorang anak hingga belajar di perguruan tinggi? Pernahkan kita memikirkan bagaimana amal jariyah yang dikeluarkan oleh seseorang mampu bertahan lama, bahkah memberikan kemaslahatan bagi masyarakat yang lebih luas?
Ada suatu kisah, seorang sahabat nabi, yang mengeluarkan amal jariyah saat itu. Dikeluarkan hartanya untuk membantu masyarakat Islam pada zamannya. Tidak berharap lebih, hanya ketulusan agar saudara-saudara Islamnya tidak kesusahan, tidak ada pikiran lebih. Tak disangka, amal yang dilakukannya saat itu, berselang 1400 tahun, masih mampu memberikan kemaslahatan hingga saat ini, dan masih terus berlangsung.
Siapakah sahabat tersebut? Bagaimana kisah selengkapnya? Dan bagaimana sebenarnya prospektus kemaslahatan dari amal jariyah?