Author : Deni Bekti Hadi Prasetyo
4 Views
Belajar dari Kesuksesan Nabi Sulaiman Membangun Organisasi
Di tengah sengitnya persaingan ideologi dan juga semakin merajalelanya kerusakan masyarakat, kita membutuhkan sebuah organisasi yang kuat dan memiliki daya saing tinggi. Semua harapan itu bisa terjadi, jika kita tidak hanya diam berpangku tangan, namun sebaliknya, kita perlu bahu-membahu membangun organisasi sesuai dengan sunatullah-sunatullah kesuksesannya.
Satu sosok nabi yang barangkali tepat kita jadikan tauladan dalam membangun organisasi adalah ada dalam diri Nabi Sulaiman. Ya, di masa kepemimpinannya, kita mengetahui betapa suksesnya Nabi Sulaiman dalam membangun tatanan masyarakatnya. Kekuasaan yang membentang dari timur hingga ke barat itu mampu mewujudkan kondisi ideal baik dari sisi ketauhidan, kemajuan, maupun kesejahteraan bagi rakyatnya.
Lantas, prinsip-prinsip seperti apakah yang diterapkan oleh Nabi Sulaiman sehingga bisa sukses membangun organisasi pada masa kepemimpinannya?
Author : Purwo Prilatmoko
4 Views
Benarkah Orang Miskin Buta Lebih Prospek Menerima Ajaran Islam Ketimbang Pembesar Kaya Kaumnya?
Dalam sebuah ayat al-Quran, Allah pernah menegur dengan keras ketika Rasulullah bermuka masam tatkala menanggapi datangnya seorang miskin lagi buta yang hendak meminta pengajaran Islam kepada beliau. Dalam kisah itu, Nabi diketahui memang lebih memilih menyampaikan dakwahnya kepada para pembesar yang kaya raya, ketimbang pada seorang miskin tadi. Padahal pilihan Nabi ini bertentangan dengan keinginan Allah, yakni menginginkan Nabi untuk lebih mengarahkan dakwahnya pada orang miskin tersebut.
Dalam perkembangannya saat ini, memilih orang miskin sebagai pasar dakwah, juga banyak dilakukan oleh para subyek dakwah. Pemilihan segmen ini, seolah pula menjadi resep yang selalu diterapkan ketika berdakwah. Sebaliknya orang kaya, dipandang sebagai obyek yang tidak prospek bagi dakwah.
Benarkah orang miskin lebih prospek menerima ajaran Islam ketimbang golongan orang kaya? Seperti apakah sejatinya ciri-ciri orang yang dikatakan prospek sebagai pasar dakwah?
Author : Handono warih Joko Puspito
4 Views
Polemik Individualisme (Fitrah atau Penyakit)
Di era serba modern seperti sekarang ini, banyak orang tanpa sadar menjadi sosok yang individualis di tengah-tengah masyarakatnya. Indikasinya, bisa terlihat dari banyaknya mereka yang lebih memikirkan dan memperjuangkan kepentingan pribadi, dibanding kepentingan masyarakatnya. “Hidup sudah susah, jangan ditambah susah lagi dengan harus memikirkan masyarakat,” begitu pembelaan kebanyakan dari mereka.
Memang tidak bisa dipungkiri, pada era dimana persaingan kerja kian tinggi, kebutuhan hidup terus meningkat, dan tingkat stres akibat tekanan kerja yang juga demikian besar, banyak orang terlena dengan kebiasaan individualisme ini. Dalam ritme waktu selama 24 jam, seolah tak mungkin bisa, menyisakan waktu untuk memikirkan urusan lain, selain kepentingan pribadinya. Oleh sebab itu banyak yang kemudian berpikir, menjadi satu hal yang sah sah saja bukan, bila seseorang kemudian menjadi pribadi yang lebih individualis.
Lantas, bagaimanakah sesungguhnya individualisme itu? Sesuatu yang sudah fitrah ataukah ia justru adalah penyakit yang harus disembuhkan?