Tahun ke 5 Edisi 32

Pada bulan Oktober lalu, Yayasan al-Kahfi sekali lagi turut berkontribusi memberikan bantuan kepada para korban bencana alam. Pada kesempatan itu, uluran tangan ditujukan kepada saudara-saudara kita yang berada di kota Ambon. Ya, masih segar dalam ingatan gempa bumi tektonik yang sempat mengguncang Ambon pada tanggal 26 September 2019 silam. Gempa berkekuatan magnitudo sebesar 6,5 itu, mengakibatkan jatuhnya banyak korban jiwa maupun luka-luka. Melansir dari laman Kompas.com, jumlah korban meninggal yang tercatat sampai dengan 9 Oktober, mencapai 50 jiwa dan angka tersebut masih berkemungkinan untuk terus bertambah. Berangkat dari rasa keprihatinan dan kemanusiaan inilah, Yayasan al-Kahfi kemudian membentuk sebuah tim relawan guna mengkoordinir dan mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan terkait pengiriman bantuan. Apa sajakah persiapan yang dilakukan oleh tim relawan sebelum mengirimkan bantuan ke Ambon? Seperti apakah kondisi lokasi pengungsian ketika tim melakukan survey sebelum menyerahkan bantuan?

Masih maraknya kasus korupsi dan penegakan hukum yang masih jauh dari kata memuaskan, barangkali membuat sebagian dari kita merasa begitu pesimis dengan masih adanya sosok-sosok negarawan yang berintegritas dan memiliki semangat tinggi untuk menegakkan keadilan. Mencari sosok seperti ini, seolah seperti mencari jarum di dalam tumpukan jutaan jerami. Namun ketika mencoba membuka sejarah-sejarah masa lalu, kita sejatinya tak boleh lupa bahwa negeri ini pernah memiliki putra terbaik yang begitu menjunjung tinggi keadilan dan juga kebenaran. Idealisme tersebut bahkan terpatri begitu kuat, tidak hanya ketika ia mengemban amanah negara, namun juga dalam kehidupannya sehari-hari. Demikian beraninya, ia juga memiliki sebuah tekad, yakni akan terus mengejar para koruptor, bahkan hingga ke neraka sekalipun. Siapakah sosok penegak hukum yang melegenda tersebut?

Meski memiliki jumlah penduduk terbanyak posisi ke-4 di dunia, namun usia harapan hidup (long life expectancy) di Indonesia nyatanya tak linier dengan hal tersebut. Berdasarkan data dari CIA World Factbook (2011), posisi Indonesia justru menempati urutan ke 108 dari total keseluruhan 191 negara. Mengurai lebih lanjut data tersebut, diketahui bahwa usia harapan hidup masyarakat Indonesia rata-rata adalah 71 tahun, namun usia sehat hanya mencapai usia 62 tahun saja. Fakta yang jauh berbeda justru dapat kita temukan pada penduduk di kota Okinawa, Jepang. Di kota itu, usia harapan hidup untuk penduduk wanitanya bisa mencapai 87,44 tahun, sedangkan untuk kalangan pria mencapai 80,27 tahun. Di samping memiliki long life expectancy yang tinggi, mereka juga diketahui memiliki kesehatan yang sangat baik di masa tua dan jarang terkena penyakit berat seperti stroke, jantung koroner, diabetes mellitus, radang sendi, dsb. Lantas, faktor apakah yang mampu membuat masyarakat Okinawa memiliki usia harapan hidup yang demikian tinggi?