Author : Syahreza Pahlevi
0 Views
Rasa Malu Sebagai Identitas Taqwa Seorang Muslim
Rasa malu, secara fitrahnya dimiliki oleh setiap umat manusia. Tak peduli tua-muda, pria ataupun wanita, semuanya pasti pernah merasakan satu jenis rasa ini. Namun meski demikian, setiap orang terkadang ingin mengenyahkan segala rasa malu yang ada dalam dirinya. Karena membawa banyak dampak negatif, begitu konon alasannya.
Namun, tahukah kita bahwa rasa malu sejatinya memiliki 2 macam bentuk, yakni: 1) yang harus dimiliki, dan 2) yang harus dihindari. Ya, pada beberapa fakta rasa malu sejatinya penting untuk dimiliki karena ia memiliki manfaat cukup baik bagi kita. Sebaliknya, ada pula beberapa jenis rasa malu yang memang wajib dihindari karena tidak membawa dampak baik sama sekali bagi manusia.
Lantas, rasa malu seperti apakah yang harus dimiliki dan juga harus dihindari oleh seorang muslim itu?
Author : Suciati
0 Views
Menjadi Wanita yang Dicintai Allah
Menjadi wanita yang dicintai oleh suami, anak-anak, ataupun keluarga, mungkin bukanlah persoalan berat bagi kita kaum Hawa. Namun, cerita akan menjadi berbeda, ketika kita mengemban sebuah amanah, yakni bagaimana menjadi hamba yang dicintai oleh penciptanya.
Ya, banyak fakta dalam sejarah yang menunjukkan bagaimana masih ada wanita-wanita yang tidak dikehendaki oleh Allah SWT. Wanita-wanita ini bahkan bukan sekedar manusia biasa, melainkan mereka yang menjadi istri para Nabi. Berangkat dari sejarah yang ada, patut kiranya hal ini menjadi pelajaran besar bagi kita para akhwat sekalian. PR besar menanti, yakni mengetahui bagaimana agar kita mampu menjadi wanita-wanita yang dicintai oleh Sang Pemberi Kehidupan.
Lantas, seperti apakah gambaran wanita yang dicintai oleh Allah ?
Author : Nurul Hidayat
0 Views
Belajar Memandang Doa dari Sudut Pandang Para Nabi
Berdoa adalah momen yang begitu sakral dan memiliki nilai yang teramat penting untuk selalu kita lakukan. Dalam momen itu kita bisa secara langsung menumpahkan seluruh kesah dan permintaan, kepada Sang Pemilik Kehidupan. Demikian pentingnya doa, bahkan menjadikan para Nabi dan Rasul menempatkan ibadah ini sebagai bagian yang tak terpisahkan, dari denyut nadi perjuangannya menegakkan risalah Tuhan.
Namun, apa yang banyak terjadi saat ini justru seolah berkebalikan. Doa seringkali sebatas dilakukan hanya pada saat-saat seseorang mengalami kesempitan. Sehingga ketika seseorang sedang dilimpahi banyak keberkahan, ia seolah lupa dimana doa-doanya dulu ia tempatkan.
Mengapa doa menjadi hal yang sangat penting bagi para Nabi dan Rasul? Bagaimanakah sejatinya perspektif yang benar mengenai doa?