Tahun ke 5 Edisi 28

Untuk bisa menggapai impian pada pekerjaan/bidang yang kita emban, sejatinya banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi. Namun di antara beragam faktor tersebut, terdapat satu variabel penting yang seringkali luput dari perhatian. Faktor itu bernama, “dedikasi”. Pentingnya dedikasi dalam proses pencapaian impian/target, juga pernah diungkapkan oleh salah seorang penulis kenamaan asal USA. “Dreams and dedication are a powerful combination (impian dan dedikasi adalah sebuah kombinasi yang pas),” demikian ungkap William Longgood. Dari kutipan tersebut dapat kita tarik sebuah pesan, yakni bagaimana dedikasi sangat penting untuk dimiliki oleh tiap-tiap diri yang hendak meraih mimpi-mimpinya. Tanpa dedikasi, seseorang mustahil dapat dengan mulus meraih semua keberhasilan-keberhasilan itu. Lantas, benarkah dedikasi memiliki nilai yang demikian tinggi dalam mendorong tercapainya impian/target? Jika benar adanya, bagaimanakah sunnatullah yang dapat kita tempuh guna menumbuhkan satu sifat positif tersebut?

Ibarat sepasang sepatu yang saling berjalan beriringan, moral dan skill sama-sama memiliki peranan penting dalam meraih sebuah kesuksesan. Keduanya sama-sama butuh untuk dipenuhi, sebab jika salah satunya mengalami ketimpangan, maka seseorang harus bersiap menerima kegagalan dalam peran/karirnya. Maka dari itulah kita perlu belajar dari sosok-sosok yang memiliki paket lengkap tersebut. Mereka-mereka yang memiliki skill tinggi dan juga moral yang terpuji. Perpaduan apik antara moralitas yang bagus dan juga didukung oleh skill yang mumpuni hingga mengantarkan pada kesuksesan peran itu, barangkali dapat kita pelajari dari salah seorang sahabat Nabi. Dia, Mush’ab bin Umair. Mush’ab dikenal sebagai sahabat yang memiliki skill tinggi dan juga moral yang yang sangat baik. Di samping itu dalam sejarahnya, ia juga diketahui sukses mengemban dakwah untuk pertama kalinya pada masyarakat Madinah. Lantas, sejauh apakah memang pengaruh moralitas dan skill dalam menyukseskan peran-peran kita di masyarakat? Perpaduan moral dan skill semacam apa pula yang dimiliki oleh Mush’ab hingga mampu mengantarkan dirinya meraih kesuksesan dalam menjalankan misinya tersebut?

Tak mudah bagi Belanda untuk menaklukkan Aceh dalam sekejap. Butuh waktu hingga 69 tahun lamanya, guna mematahkan satu demi satu kekuatan para pejuang kota Serambi Mekah tersebut. Pejuang Aceh sendiri memang dikenal demikian gigih mempertahankan tanah kelahirannya. Meski kekuatan Belanda melebih amunisi yang mereka punya, dan juga berbagai tantangan menggempur perjuangannya, para pejuang Aceh tak pernah sekalipun mau menanggalkan senjatanya dan takluk kepada penjajah. Lantas, seperti apakah dinamika perjuangan rakyat Aceh dalam menghadapi serangan-serangan Belanda yang terjadi selama kurun waktu 69 tahun tersebut? Hikmah dan inspirasi apa yang dapat kita petik dari heroisme rakyat Aceh pada pertempuran panjang itu?