Author : Hagar Bambang
0 Views
Karena Karyaku, Aku Ada
Seperti sebuah peribahasa, “Gajah Mati Meninggalkan Gading,” manusia pun, tentu ingin ada yang dikenang dari dirinya, selepas ia tak berada di alam dunia ini lagi. Sebagaimana Rasulullah yang menyebarkan Islam dan dikenang peranannya hingga sekarang, atau ilmuwan-ilmuwan Islam yang diingat jasa-jasanya, meski telah ratusan tahun berselang.
Namun menjadi tetap “Ada” dalam “Ketiadaan”, tentu bukanlah perkara yang mudah. Terlebih jika mengingat begitu banyaknya godaan, sehingga kita dapat berpotensi menjadi manusia yang kurang memiliki nilai guna bagi masyarakat sekitar. Hal ini seperti yang diungkap dalam buku karya Ahmad Rifai Rif’an, dimana disebutkan bahwa manusia berdasarkan tingkat kebermanfaatan dari keberadaannya, terbagi dalam 5 macam. Ada manusia wajib, manusia sunah, manusia mubah, manusia makruh, dan yang terakhir, manusia haram.
Lantas, bagaimanakah cara agar kita dapat menjadi manusia yang selalu diingat meski telah pergi untuk selama-lamanya?
Author : Redaksi
0 Views
Ilham Habibie (Sang Penerus Mimpi)
Dia cerdas, sama seperti sang ayah. Dia menguasai sebuah bidang, yang masih sangat jarang ditekuni oleh orang Indonesia pada umumnya. Lewat kemampuannya itu, ia bahkan pernah didapuk sebagai salah satu tenaga ahli pada sebuah perusahaan bergengsi kelas dunia.
Meski menguasai banyak kelebihan dan kesempatan berkarir di tingkat internasional, namun ia tak pernah lupa pada bangsanya. Sebagian hidupnya kini, bahkan tengah didedikasikannya untuk negeri ini. Sebuah proyek besar saat ini sedang ditekuninya. Demi menggenapi mimpi sang ayah, yang pernah hampir padam pada belasan tahun silam.
Siapakah sosok yang dimaksud? Proyek besar apa yang sedang dikerjakan olehnya?
Author : Risqon Achmadie
0 Views
Membangun Kesadaran Terhadap Nilai Penting Kultur Perjuangan
Banyak faktor yang dapat mendorong kemajuan suatu bangsa atau sebuah organisasi. Kultur, adalah salah satu dari sekian banyak faktor itu. Ya, kultur memegang peranan yang demikian besar bagi suksesnya sebuah bangsa/organisasi dalam meraih tujuannya. Kita bisa melihat contoh itu, pada Jepang yang bisa bangkit kembali, bertumbuh, dan berkembang sangat pesat meski pernah mengalami sejarah kelam pada Perang Dunia 2.
Namun, membangun kultur tidak bisa dilakukan dalam sekejap mata. Butuh proses, butuh waktu, dan butuh melalui banyak tahapan untuk mewujudkannya. Oleh sebab itulah, menjadi perlu untuk memahami, langkah demi langkah mengenai cara membangun kultur, mulai dari tingkat paling dasar hingga tingkat paling atas.
Lantas, bagaimanakah gambaran cara membangun kultur, khususnya, jika diterapkan dalam konteks internal organisasi?